Apa itu ‘Happy Eating’
MAKAN dengan BAHAGIA (Happy Eating) adalah ketika:
- Seseorang mensyukuri kehidupan dan trampil dalam mengelola gejolak emosi sehingga dipastikan tidak ada kaitan lagi antara SUASANA HATI dengan MAKANAN.
- Mengenal dengan baik tiap sinyal yang dikirim tubuh. Apakah benar-benar lapar atau hanya pelampiasan suasana hati saja. Lakukan cek ulang mulai dari lapar mata hingga lapar penciuman dan konfirmasikan bagian tubuh mana yang memberitahu bahwa Anda lapar. Apakah suhu tubuh Anda berubah, gerakan peristaltik tubuh menimbulkan suara tertentu, pening, atau bagian leher Anda terasa agak berat. Masing-masing orang memiliki sinyal yang berbeda.
- Ketika dapat dipastikan bahwa Anda lapar, pilihlah makanan yang paling Anda cintai di antara pilihan yang tersedia saat itu. Jangan lupa periksa ulang apakah makanan itu sudah sesuai dengan yang diinginkan tubuh. Misalnya apakah saat itu tubuh lebih nyaman pada makanan yang hangat, agak pedas dan sebagainya. Banyak yang keliru ketika menentukan makanan yang dicintai dengan memilihnya tanpa memperhatikan intuisi. Padahal intuisi akan mempengaruhi keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan. Biarkan tubuh cerdas Anda yang menentukan.
- Proses makan kelihatannya sederhana. Namun ketika jarak antara INGIN MAKAN dan MEMUTUSKAN MAKAN bisa lebih diperpanjang, maka makan akan dilakukan dengan mawas dan sepenuh hati. Perhatikan teksturnya, bagaimana ia berubah dalam kunyahan.
- Apabila makan secara mawas dilakukan dengan benar, otomatis anda dapat berhenti sebelum kenyang. Tentunya setelah anda memuaskan seluruh organ yang terlibat pada proses makan. Puaskan keindahan yang dibutuhkan mata, puaskan aroma yang ditunggu oleh hidung, puaskan sensasi mulut dan puaskan suasana hati yang menyertai
- Ketika tergoda makanan, jangan buru-buru mencomotnya, tapi lakukan komunikasi antara tubuh, pikiran dan makanan. Ambillah satu suap lalu nikmati sepenuh hati dan ’super perlahan’. Penuhi sensasi yang dibutuhkan ketika mengunyah. Berikan pujian yang luar biasa. Ketika makanan sudah lumat dan ditelan, berhenti sejenak dan tanyakan apakah Anda betul-betul membutuhkan suapan berikutnya. Ingat, mengagumi makanan bukan berarti memasukkannya, dan mencicipi bukan berarti Anda harus melanjutkan kepada suapan selanjutnya.
- Berhentilah ketika tubuh sudah cukup energi walau di piring masih tertinggal makanan. Menyisihkan bukan berarti membuangnya. Anda tentu dapat memberikannya kepada orang lain atau menyimpannya hingga lapar yang berikutnya.
goLANGSING!
www.golangsing.com