Lingkungan, Obesitas dan Diet
Kehidupan di kota besar mau tidak mau mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya menjadi lebih konsumtif dan memiliki gaya hidup instan. Jam kerja yang lama, beban kerja yang menumpuk dan stres yang berkepanjangan membuat kaum urban lebih memilih ‘kemudahan-kemudahan’ tanpa mengindahkan apakah hal tersebut merupakan pola yang benar atau tidak.
Satu hal yang menjadi kecemasan pada masyarakat di kota-kota besar adalah kualitas hidup yang menurun, termasuk kesehatan dan penampilan.
Obesitas, sebagai salah satunya kini bukan lagi semata ancaman genetika saja melainkan akibat pola kebiasaan sehari-hari yang keliru. Angka obesitas meningkat 50% lebih tinggi pada mereka di usia produktif. Ancaman obesitas tidak hanya berpengaruh pada kesehatan dan menjadi awal bagi segala penyakit, melainkan juga menjadi hambatan pada penampilan, jenjang karir dan aktivitas.
Menyikapi hal ini, masih banyak orang yang fokus pada upaya kuratif saja, di mana efeknya hanya bersifat sementara dibanding melakukan usaha-usaha pencegahan yang sebenarnya lebih mudah dan bersifat jangka panjang.
Wanita karir dan ibu rumah tangga merupakan pihak yang rentan obesitas karena cenderung lupa mengurus diri sendiri sebab terlalu fokus mengurusi keluarga dan pekerjaan hingga tanpa disadari lama-kelamaan berat badan mereka melonjak naik.
Sebesar 70% obesitas dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan 30% saja yang dipengaruhi oleh keturunan genetik. Suka atau tidak suka, harus diakui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan, industri makanan serta peningkatan pendapatan masyarakat mempermudah seseorang untuk mendapatkan makanan sehingga secara otomatis juga mengubah perilaku dan pola makannya.
Kemanapun dan kapanpun seseorang membutuhkan makanan, semuanya menjadi mudah. Ia lupa bahwa makin besar peluangnya mendapatkan makanan, makin banyak pula kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Masyarakat di kota besar cenderung mendapatkan makanan yang mudah mereka dapatkan dengan porsi sajian sesuai ukuran industri dan cenderung melebihi porsi yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh.
Kegemukan memang hal yang sangat pribadi sehingga kadang menjadi sensitif untuk dijadikan topik pembicaraan.
Misalnya saja bagaimana seseorang justru merasa nyaman atas label yang diberikan atas kegemukannya seperti istilah “Big is Beautiful”.
Ungkapan “Tidak apa gemuk, yang penting sehat” juga makin lumrah didengar dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang tetap mempertahankan pola makan berlebih di balik keyakinan ini dan akhirnya justru berlindung di balik gaya hidup trendi dengan pakaian masa kini untuk meningkatkan percaya diri atas kegemukannya. Mereka tidak lagi merasa bahwa kegemukan adalah hal yang perlu diatasi.
Sudah saatnya menyadari bahwa urusan langsing perlu ada kendali diri sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan.
go LANGSING !